"𝗟𝗘𝗗𝗥𝗘"
Kata ini cukup familiar bagi orang Bojonegoro. Ia nama untuk jenis makanan yang berbahan utama dari buah pisang, yang pernah/masih dianggap sebagai 𝗶𝗸𝗼𝗻 𝗸𝘂𝗹𝗶𝗻𝗲𝗿 𝗸𝗵𝗮𝘀 daerah (Bojonegoro). Dulu, kita pun sering mendengar orang bilang "Bojonegoro Kota Ledre".
Diskusi Kampus Terbuka |
Sayang sekali, pamor ikon ini kini mulai memudar, berangsur-angsur mulai dilupakan, terlebih semenjak Bojonegoro makin popular dikenal dengan sebutan kabupaten "𝗽𝗲𝗻𝗴𝗵𝗮𝘀𝗶𝗹 𝗺𝗶𝗴𝗮𝘀".
Seperti tidak mau menyerah dengan keadaan. Kini muncul spirit baru, diantaranya, Ledre menjadi kosa kata yang sering diucapkan, menjadi bahan perbincangan-obrolan kembali, oleh para pegiat komunitas "Kampus Terbuka".
Tentu saja, bukan sebagai ikonik kuliner khas 'Jonegoroan' (sebutan untuk dialek kekhasan Bojonegoro), namun lebih pada sebagai jargon-filosofis, yang memuat pesan moral, tata nilai falsafah hidup, serta paradigma dalam membangun kultur dan strutur sosial yang ‘harmoni’ dan ‘progresif’.
Ya. 𝗟𝗘𝗗𝗥𝗘, dibuat jadi akronim dari: 𝗟𝗶𝗯𝗲𝗿𝘁𝗲 (kebebasan), 𝗘𝗴𝗮𝗹𝗶𝘁𝗲 (kesetaraan atau persamaan hak), 𝗗𝗲𝗺𝗼𝗰𝗿𝗮𝗰𝗶𝗮 (demokrasi) dan 𝗥𝗲𝘀𝗽𝘂𝗯𝗹𝗶𝗰𝗮 (hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan publik atau public interest, bukan hal-hal yang masuk dalam ranah privat atau yg disebut: Res Privata).
Sekedar informasi saja, Respublica yang kemudian dikenal dengan istilah Republikanisme ini, merupakan suatu ideologi dan teori filsafat politik yang awal mulanya lahir dari pemikiran 𝗔𝗿𝗶𝘀𝘁𝗼𝘁𝗲𝗹𝗲𝘀 dan berkembang dalam tradisi pemikiran 𝗔𝗿𝗶𝘀𝘁𝗼𝘁𝗲𝗹𝗶𝗮𝗻, seperti Ciciro, Hannah Arendt, Machiavelli, dan lainnya.
Buah dari pemikiran para Aristotelian tersebut, Republikanisme yang awalnya tumbuh dalam tradisi pemikiran politik dan filsafat kemudian berkembang jadi teori hukum-tata pemerintahan. Oleh sebab itu, ada yang mengatakan semua teori politik (termasuk teori demokrasi dan hukum) lahir dan berakar dari tradisi pemikiran Republikanisme.
𝐵𝑎𝑔𝑎𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑛𝑑𝑎?
Posting Komentar
Posting Komentar