BUM Desa Harus Mampu Memaksimalkan Potensi Desa - JEJAK POTENSI

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Dalam Mengelola BUMDesa

Geliat berdirinya badan usaha milik desa (BUMDes) di Bojonegoro menjadikan desa mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Namun, BUMDes juga punya tantangan, diantaranya harus berani menemukan jati diri desa agar lebih dikenal masyarakat luas.

Upaya pengembangan BUMDes dilakukan sejumlah BUMDes di Kecamatan Kasiman. Potensi-potensi desa terus digali untuk kemudian dikembangkan ke arah usaha.

Sadya Wuri, Kepala Seksi (Kasi) Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kecamatan Kasiman mengatakan, potensi paling unggul di wilayahnya adalah pertanian.

Sampai detik ini, Kasiman jadi lumbung pangan yang kemudian merambah ke sektor wisata dengan memaksimalkan fungsi embung.

“Embung kita buat spot-spot untuk swafoto. Tapi sektor wisata tidak bisa bertahan lama untuk di desa-desa jika tidak melakukan inovasi ke depan. Baru-baru ini kami membuat jasa loundri dan usaha itu ada prospek ke prospektif. Sementara yang belum ada yaitu pengelolaan sampah,” tutur Sadya.

Menurut dia, akan lebih tepat jika setiap desa memiliki identitas khusus yang lain daripada yang lain. Hal itulah yang menjadi tugas BUMDes di seluruh Kecamatan Bojonegoro, termasuk Kasiman. Dia senang jika BUMDes di desa-desa memiliki ikon serta branding tertentu.

Salah satu BUMDes di Bojonegoro terbilang sukses adalah BUMDes Sarana Mandiri Desa Pejambon, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Bojonegoro. Jenis usaha berupa wisata edukasi Pejambon berupa museum, pembayaran listrik, penyedia jaringan WiFi, jasa konstruksi, pertanian niaga (bekerjasama dengan perusahaan air minum mineral).

Pendapatan tahun 2020 kurang lebih sebesar Rp 236 juta dengan konstribusi pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 50 juta.

Sementara itu Kasi PMD Kecamatn Sugihwaras Nanang menuturkan fakta di wilayahnya, masih banyak BUMDes yang bingung akan usaha apa dan potensi yang ada di desa.

“Bagaimana cara agar BUMDes ini bisa maju dan mandiri. Karena seolah hanya mengandalkan dana. Setelah dana habis tidak bisa berdiri lagi, seolah mati,” ucapnya.

Kepala Seksi (Kasi) Pemberdayaan Lembaga Ekonomi Desa Provinsi Jawa Timur Lianto membenarkan fakta di lapangan tersebut. Untuk itu dia menyarankan pada desa berani dan BUMDes agar mem-branding desa. Bahkan, BUMDes se-Jawa Timur hanya tujuh persen yang berada di kategori maju dan belum semuanya memenuhi aspek.

“Itulah tantangannya. BUMDes pasti punya potensi untuk berkembang. Harus berjalan sedikit demi sedikit, tidak harus stimulan. Jika ada BUMDes yang potensi, kita bikin profil yang bagus siapa tahu ada stakeholder yang berkepentingan yang tertarik. BUMDes yang berhasil biasanya memiliki kades yang bisa berpikir out of the box,” ucap Lianto.

Sebagaimana perkembangan BUMDes di Jawa Timur pada Mei 2019 hingga Januari 2021, total keseluruhan ada 6.118 BUMDes. Sementara Kabupaten Bojonegoro pernah tiga kali juara dalam kegiatan lomba BUMDes terpilih 30 BUMDes terbaik Jatim di tahun 2015, 2016, dan 2017.

pertumbuhan BUMDes di Bojonegoro berdasarkan data DPMD, 393 desa telah punya BUMDes dan 26 desa lainnya belum terbentuk.

Kepala Dinas PMD Bojonegoro Machmuddin berharap kepada pendamping desa maupun para kasi dapat memberikan gambaran terkait potensi usaha dan memberikan analisis maupun rencana bisnis yang inovatif, menarik, dan memiliki keberlanjutan usaha yang panjang.

“Bukan hanya terkait regulasi dan ketentuan tapi juga bagaimana cara BUMDes bisa bergerak sebagaimana yang diharapkan. Harapannya bisa berkolaborasi satu visi dengan tenaga pendamping. Targetnya dari empat klasifikasi BUMDes di Bojonegoro bisa diberikan treatment yang berbeda sesuai dengan klasifikasi,” imbuh Machmuddin.(FIF/NN)