Seniman Aktivis Yayak Yatmaka bersama Rizal Ramli dalam salah satu acara pameran lukisan | Foto: Istimewa |
jejakpotensi.com - Warga Desa Wadas beberapa waktu terakhir memang melakukan perlawanan terhadap rencana penambangan batu andesit di wilayah mereka. Informasinya bahan tambang dari Wadas tersebut akan digunakan untuk pembangunan waduk di kecamatan Bener, kabupaten yang sama.
Guburnur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membenarkan adanya kegiatan pengukuran di Desa Wadas. Ganjar membela aparat polisi dengan alasan polisi hanya menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibnas).
Pada saat pengukuran dilakukan, Kepolisian mengakui bahwa pihaknya telah menangkap sebanyak 23 orang yang dipandang telah berbuat anarkistis. Mereka saat ini dibawa ke polsek Bener untuk diinterogasi.
Berdasarkan informasi yang beredar di sosial media Twitter, akun bernama #JogjaDaruratAgraria menyampaikan bahwa seorang bernama Yayak Yatmaka juga ikut ditangkap dan dibawa ke kepolisian Bener. Redaksi masih melakukan kroscek soal kabar ini.
Seperti diketahui, Yayak Yatmaka adalah seniman dan aktivis senior yang sudah memiliki nama di kalangan pergerakan Indonesia. Ia kuliah di jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung pada pertengahan tahun 1970-an, dan ikut serta di lapangan dalam Gerakan Mahasiswa 1977/1978 yang menuntut Suharto tidak lagi maju sebagai Presiden Indonesia. Ini berakibat didudukinya kampus ITB oleh tentara dan pembelajaran dihentikan beberapa saat karena banyak mahasiswa dan dosen yang ditangkap.
Pada tahun 1980-an Yayak Yatmaka semakin serius menekuni dunia pergerakan dan pengorganisiran rakyat. Ia aktif membela kasus-kasus tanah di Jawa Barat dan Jawa Tengah (seperti Badega dan Kedung Ombo) bersama para aktivis angkatan 1980an. Banyak lagu-lagu perjuangan yang diciptakan Yayak Yatmaka di era itu menjadi penyemangat para aktivis pergerakan hingga menjelang Reformasi 1998.
Pada awal 1990-an Yayak Yatmaka eksil ke Jerman, setelah dicari-cari aparat Rezim Suharto karena karyanya menimbulkan kegemparan. Yayak membuat lukisan yang bertemakan istri Presiden sedang bermain golf dengan agak vulgar.
Dari Jerman pun, Yayak konsisten melawan Suharto baik dengan aksi jalanan maupun karya. Pernah suatu waktu di pertengahan 1990-an, rombongan Presiden Suharto yang sedang berkunjung ke acara kenegaraan di Jerman, menjadi sasaran dari aksi massa yang dipimpin Yayak Yatmaka.
Setelah Reformasi 1998, barulah Yayak berani pulang ke Indonesia. Dan dia terus menjadi seniman-aktivis yang berpengaruh di Indoensia, terus berkarya secara produktif, dan juga tentunya terus terlibat dalam perjuangan dan pengorganisiran rakyat tertindas.
Hingga di tahun 2022 ini, “api” Yayak Yatmaka tidak padam. Ia masih kedapatan bersama-sama warga di desa Wadas, menemani rakyat membela nasib mereka melawan ketidak adilan. Dan ikut ditangkap pula, di tengah usianya yang sudah 60-an tahun dan rambut dan janggut yang memutih semua.
Kontributor : Novia
Posting Komentar
Posting Komentar