Sosialisasi Kecamatan, di Kantor Kecamatan Rengel. |
Jejak Potensi - Tuban, Sosialisasi Kecamatan pada Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat Sekitar ROW 2021, yang dilaksanakan di Kantor Kecamatan Rengel. Jum'at, 25 November 2022.
Jalur Pipa Minyak Banyu Urip yang panjangnya 72 kilometer dengan dikedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah yang melintas dari Bojonegoro hingga Pantai Tuban dan dilanjutkan sepanjang 23 kilometer sampai tengah laut pada Kapal Gagak Rimang.
Kecamatan Rengel adalah salah satu dari beberapa kecamatan yang dilalui pipa minyak tersebut, adapun desa yang dilalui yaitu pada Desa Pakuwon, Maibit, Sawahan, Ngadi Rejo, Rengel, Sumberrejo, Campurejo, Punggulrejo, Banjaragung.
Adapun peserta yang hadir pada acara sosialisasi terdiri dari beberapa unsur Kepala Desa, Perangkat Desa, Ketua Poktan, PPL Kecamatan, Kapolsek Rengel, Dandim Rengel, serta beberapa perwakilan dari Damkar, BPBD dan IDFoS Indonesia.
Acara tersebut dimulai pada pukul 09.30 WIB. yang dibuka langsung oleh Pak Eko Wardono, Camat Rengel. yang juga menyampaikan ucapan terima kasih atas diselenggarakan kegiatan ini, sebab memang penting untuk menjaga aset fital negara yang melintas di kecamatan Rengel.
"Terimakasih atas diselenggarakannya acara ini, terimakasih untuk EMCL, dan teman-teman IDFoS Indonesia karena sudah mengadakan kegiatan sosialisasi di Kecamatan Rengel" Tutur Camat Rengel pada sambutannya.
Camat Rengel juga berpesan agar peserta yang hadir bisa saling menyampaikan kepada masyarakat terkait tingkat keamanan jalur ROW.
"Peserta dalam forum ini adalah bagian penting dalam menyampaikan tingkat keamanan dan keselamatan pada masyarakat yang beraktivitas pada jalur Pipa Minyak EMCL" Pesannya
"Saya juga berharap, peserta ini bisa menularkan apa yang disampaikan pada sosialisasi ini" imbuhnya.
Setelah acara dibuka oleh Camat Rengel selanjutnya penyampaian Materi dari EMCL terkait Keamanan dan Keselamatan Jalur ROW yang disampaikan oleh Ahmad Hajir, Manager Program IDFoS Indonesia
Ahmad Hajir, Manager Program Menjelaskan terkait profil dari ExxonMobil penjelasan lokasi produksi yang berada di Gayam, Kabupaten Bojonegoro dan Kedung keris, Kabupaten Tuban.
Setelah itu, dijelaskan juga terkait tingkat bahaya yang mungkin terjadi pada aktivitas masyarakat, baik direncanakan maupun tidak direncanakan.
Selanjutnya, narasumber juga menjelaskan terkait fasilitas serta wilayah jalur yang dilalui pipa minyak, dan juga papan peringatan yang ada di sepanjang jalur yang terdapat sensor optik, yang mana bisa mendeteksi tingkat aktivitas fisik pada lahan sekitar ROW.
Harapanya, pihak desa baik tokoh maupun masyarakat bisa melaporkan aktivitas yang membahayakan untuk keberadaan pipa minyak.
"Kami sangat berharap kepada semua pihak baik pemerinta maupun masyarakat atas kesadaran keselamatan dan keamanan pada jalur ROW" Ungkap Pak Hajir.
"Pada kesehatan kali ini, kami dari IDFoS Indonesia yang ditujuk Exxonmobil hayabisa berpesan agar kita sama-sama memiliki rasa kesadaran untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat atas pentingnya kesehatan dan keamanan di jalur ROW" Tuturnya sebagai penutup materi.
Adapun beberapa pertanyaan dari peserta yang hadir pada kesempatan kali ini yang pertama dari Pak Ali, Kades Maibit yang bertanya terkait jalur lintas pipa ada di sebelah mana saja, karena beliau menemukan pipa warna kuning yang terlihat didasar tanah, namuh setelah dilaporkan beberapa dinas tidak ada yang mengakui kepemilikannya.
"Ada penemuan pipa warna kuning yang terlihat didekat gapura masuk Desa Maibit, apakah itu milik EMCL atau bukan? Karena ada rencana renovasi peninggian jembatan drenase pada area tersebut" Tanya Kades Maibit
Masih pada sesi yang sama PPL Rengel, Sujono turut memberikan apresiasi kepada pihak EMCL dan IDFoS terkait pemasangan Rumah Burung Hantu yang tersebar di wilayah Rengel.
"Untuk pemasangan rumah burung hantu sangat baik, alangkah lebih baik lagi ketika ada penambahan titik di beberapa lokasi" katanya
Pak Sanawi, Ketua Poktan Rengel juga menambahkan "Terkait rubuha, ada baiknya dipasang lebih banyak, karena di sawah hama tikus sangat banyak dan sulit dikendalikan, namun rubuha hanya 2 titik itu masih sangat kurang maksimal"
Selanjutnya dari beberapa pertanyaan tersebut, di tanggapi oleh Hajir, IDFos Indonesia "Setelah usai acara ini akan kami surve di lapangan, ketika memang itu pipa EMCL maka kami akan melaporkan pada pihak manajemen"
"Terkait Rubuha, yang kami pasang memang baru ada dua titik disetiap desa yang terpilih dan masih belum merata, harapanya dengan adanya rubuha tersebut bisa jadi contoh untuk peteni lain agar ikut beralih ke rubuha bukan menggunakan Strum dalam menanggulangi hama tikus. Kedepannya kami akan berusaha mengusulkan kembali agar ada program terkait dengan penambahan pemasangan rubuha" ungkapnya sembari mengakhiri acara. (Kuh/red)
Posting Komentar
Posting Komentar