 |
| Mengikuti Program PIJAR (Pergi Mengajar) di NTT; Pemuda Asal Bojonegoro ini Menyebarkan Semangat Literasi Untuk Indonesia. |
Jejak Potensi - Mengenal Pemuda asal Bojonegoro yang bernama lengkap Ridduwan Agung Asmaka. Nama panggilannya biasa dikenal dengan Agung Ridduwan. Sosok pria yang semangat, murah senyum dan selalu berbahagia serta senang menggelorakan semangat literasi pada anak-anak. Lewat berbagai cara yang asik, Agung Ridduwan mampu selami dunia anak demi sampaikan budaya literasi.
Agung merupakan penggagas dari Perpus Gatda, perpustakaan keliling dengan menggunakan becak. Perpus Gatda adalah singkatan dari Perpustakaan Semangat Muda.
Agung Ridwan mengaku terinspirasi dari sosok John Wood, penulis buku "Room to Read". Dari situ, Agung tergerak meningkatkan minat baca anak-anak dengan membuat perpustakaan sendiri.
Kemudian, dia mendirikan Perpus Gatda pada 15 Maret 2015.
Setiap Minggu pagi, Agung melapakkan buku-bukunya di CFD Alun-alun Bojonegoro. Mulai pukul 6 pagi dia berkeliling sambilberteriak mengajak masyarakat untuk membaca buku.
Setelah itu, Agung membuka lapaknya disudut Alun-alun Bojonegoro.
Buku di perpustakaan keliling miliknya pun boleh dibaca di tempat atau dipinjam untuk dibawa pulang. Jika ingin meminjam buku, cukup dengan membayar dengan sampah botol plastik atau sampah lainnya.
Selain mendirikan Perpus Gatda, pria kelahiran 29 Desember 1994 ini juga menggagas Les Basa, singkatan dari Les Bayar Sampah. Setiap minggu sore, Agung juga mengagendakan mengajar anak didiknya di lahan Kuburan Kristen Desa Ngrowo, Bojonegoro.
Berbagai macam halangan memang sering dihadapi Agung dalam melakukan kegiatannya. Namun, dengan semangat pantang menyerah, Agung terus melaju untuk tingkatkan budaya literasi di kalangan anak-anak Bojonegoro.
Apa yang dilakukan Agung Ridduwan ini patut jadi inspirasi bagi kita semua.
Dengan ketulusan hati dan semangat tak kenal lelah, Agung mampu menggerakkan anak-anak di lingkungannya untuk lakukanperihal positif.
Tak hanya itu saja, saat liburan anak-anak di sekitarnya diajak untuk mengikuti sanggar gatda yang merupakan program kesenian dan kebudayaan untuk anak-anak. Di akhir latihan akan ada panggung ekspresi untuk menunjukkan hasil latihan.
Agung juga mendirikan Dunia Imajinasi. benar-benar berkarya sosok disleksia dewasa ini. Dunia imajinasi dibentuk sebagai ajang aktualisasi diri kak Agung dengan kondisinya sebagai orang dewasa yang disleksia. Kak Agung bahkan disebut juga sebagai seniman muda karena karya-karyanya melalui dunia imajinasi.
Dunia imajinasi pun merupakan wadah untuk melestarikan kesenian dan kebudayaan, di dalamnya ada dongeng, wayang, pantomime, bermusik dan bermain peran (drama). Dunia imajinasi dibentuk pada tanggal 29 Desember 2017. Hingga kini sudah puluhan ribu anak yang terhibur oleh dunia imajinasi melalui dongeng dan lain-lainnya.
Perpus GatDa, Les Basa dan Dunia Imajinasi menjadi sebuah karya yang dihasilkan dengan semangat muda.
Dalam akhir pekan ini Agung Ridwan Mengikuti program PIJAR (Pergi Mengajar), Agung senang bisa berkesempatan untuk mengikuti kegiatan yang menarik itu.
"Semua itu jalan yang tak mudah untuk didapatkan. Karena saya harus mencoba 3 kali tes dan menunggu 3 tahun" Papar Agung Ridduwan.
"Awalnya dibulan Juli 2022 saya mengikuti tes Guru Muda PIJAR (Pergi Mengajar) dari CT ARSA Foundation, alhamdulillah saya masuk." Kata Agung saat dikonfirmasi oleh Jejak Potensi.
Agung pun merasa bahagia meskipun dilain sisi dirinya harus merelakan jauh dari aktivitas keseharian, mulai dari keluarga, komunitas, hingga anak-anak didik lesnya.
Agung Ridwan hanya bisa berharap meskipun tanpa dirinya kegiatan les itu masih bisa berjalan dengan digantikan teman-teman relawannya, yang sebelumnya ia sudah siapkan dan pemberian tugas kepada beberapa team darinya.
Dalam kesempatan mengajar tahun ini Agung diberikan amanah untuk mengajar diwilayah yang cukup jauh dari tempat ia tinggal yaitu di Reda Meter, Nusa Tenggara Timur (NTT)
"Saya ditempatkan di Kampung Redameter, Desa Kadu Eta, Kec. Kodi Utara, Kab. Sumba Barat Daya, Provinsi NTT" Jelasya.
Disana Agung pun merasa asing, dari segi bahasa daerah yang ia tak mengerti dan suasana baru yang keberadaannya jauh dari kotanya asal.
Dari tanggal 30 November perjalanan menuju tempat mengajar hingga sampai lokasi pada 1 Desember 2022, Agung pun langsung bersemangat melakukan kegiatan mengajar dan ia sangat bersyukur karena dapat diterima dengan baik wilayah mengajarnya.
Restu orang tua yang iya dapatkan pun kini menjadi penyemangat utama bagi Agung, karena dalam kegiatan mengabdinya ia tak bisa lega dan tenang ketika restu serta dukungan itu tak ia dapatkan terkhusus restu dari ibu.
"Harus merayu orang tua dulu untuk mendapatkan izin, agar meridhoi dan mendoakan. lalu harus belajar sama Mbak Ranitya Nur Lita, Mas Donni, Ibu Tanti, Mas Bagus Putra dan Mas Alif Motivator disela teman yang lain santai." Agung akhirnya bisa senang setelah mendapatkan restu keluarga, khususnya dari sang ibu tercinta.
Dengan diberikan izin dari orang tua, itu juga untuk modal semangat dirinya selama satu tahun kedepan beradi di tanah pengabdiannya. Sudah seminggu lebih agung berada di tanah pengabdian tersebut, baginya mengajar anak-anak adalah hal yang sama sama saja. Dimanapun dan dengan siapapun dia tetap harus menyampaikan pendidikan dengan hati yang senang dan gembira meskipun dalam bahasa keseharian berbeda itu akan menjadi tantangan baru baginya.
"Lalu ketika dilokasi banyak hal yang kita harus pelajari, seperti adaptasi lingkungan baru, cara makan, cara bertamu, dll." Cerita Agung pada Jejak Potensi.
Agung bakal memberikan upaya maksimal selama masa pengabdiannya di NTT. Berbekal latar belakang mengajar dan jiwa sosialnya yang tinggi, Agung memiliki banyak keingin agar dapat memberikan kontribusi di daerah pengabdiannya nanti. (Kuh)
Posting Komentar
Posting Komentar