Gambar: Ilustrasi Logical Framework Analysis (LFA) |
Jejak Potensi - Logical Framework Analysis (LFA) adalah instrumen analisis, presentasi dan manajemen yang dapat membantu perencana untuk menganalisis situasi eksisting, membangun hirarki logika dari tujuan yang akan dicapai, mengidentifikasi resiko potensial yang dihadapi dalam pencapaian tujuan dann hasil, membangun cara untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap tujuan (output) dan hasil (outcomes), menyajikan ringkasan aktivitas suatu kegiatan serta membantu upaya monitoring selama pelaksanaan implementasi proyek (Ausguidline, 2005).
Selama ini pemanfaatan Logical Framework Analysis masih terbatas bertujuan untuk melakukan proses perencanaan proyek yang bersifat partisipatoris dan berorientasi tujuan. Teknik ini memerlukan keterlibatan seluruh stakeholder terkait dalam suatu rencana/ program untuk menentukan prioritas dan rencana implementasi. Padahal LFA merupakan alat bantu analisis dan manajemen yang dapat menjelaskan analisis situasi yang menjadi alasan atau argumentasi penting suatu program, kaitan logis sebab-akibat secara hirarki hubungan antara tujuan yang akan dicapai dengan proses yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, identifikasi potensi-potensi resiko yang akan dihadapi dalam pelaksanaan program, mekanisme bagaimana hasil-hasil kerja (output) dan dampak program (outcome) akan dimonitor dan dievaluasi dan penyajian ringkasan program dalam suatu format standard.
LFA digunakan ketika melakukan identifikasi dan penjajagan dalam penyusunan proposal, menyiapkan disain proyek/ program dalam suatu sistematika dan kaitan yang masuk akal, penilaian disain proyek/ program, memutuskan persetujuan untuk pelaksanaan proyek/ program, monitoring dan evaluasi kemajuan (progress) dan kinerja (performance) program.
LFA juga dapat digunakan sebagai petunjuk teknis dalam pengelolaan program, atau tepatnya kemampuan tehnis, bahwa yang bersangkutan mempunyai kemampuan tehnis dalam menyelenggarakan suatu program. Logical Framework sebagai kemampuan tehnis program karena dapat digunakan sebagai alat untuk Perencanaan, Penilaian, Monitoring dan Evaluasi dari kegiatan-kegiatan dalam program yang telah dibuat.
Kerangka logika sebagai teknis dalam mengkombinasikan Logika Vertikal maupun Logika Horisontal. Tujuan yang ditetapkan dapat diukur dengan indikator melalui informasi yang dikumpulkan dan disajikan dalam alat verifikasi khusus.
Dalam pelaksanaannnya Logframe disusun dalam bentuk Matrix atau biasa disebut dengan logframe matrix yang terdiri atau mempunyai 4 elemen dasar yaitu:
1. Hubungan antara Goals, Objectives, Outputs dan Activities
2. Logika Vertikal dan Logika Horisontal
3. Indikator
4. Asumsi dan resiko yang perlu diindetifikasi pada tahap penyusunan program
Goals dalam kerangka logis (logframe) adalah tingkatan dengan tujuan tertinggi, merupakan hasil akhir tetapi diluar control program. Objectives atau sasaran program merupakan Rincian/ Bagian dari Goal, namun objectives atau sasaran ini selalunya diluar kontrol program. Goal dan Objectives diluar kontrol program karena kegiatan-kegiatan tidak langsung mempengaruhinya tetapi dapat dicapai dengan gabungan beberapa dari program yang satu dengan program yang lainnya. Sedangkan Outputs itu sendiri adalah hasil spesifik apa yang harus diperoleh sesudah program berakhir dan Aktivities adalah Kegiatan-kegiatan apa yang harus disusun untuk memperoleh outputs.
Dalam matriks logframe kita juga dapatkan istilah Objectively Verifiable Indicators atau disingkat OVI yaitu atau dalam bahasa Indonesia disebut indikator verifikasi sasaran tujuan, mengarahkan kita untuk bagaimana kita tahu bahwa program itu berhasil, membantu kita untuk klarifikasi, membantu kegiatan monitoring dan evaluasi dan penggunaannya atau indikatornya dibuat dengan pendekatan SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realibility and Timely).
Kolom lainnya dalam matrik kerangka logis adalah Means of Verification atau disingkat (MOV) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan cara verifikasi yaitu Data-data yang bisa menunjang, sejauh mana data yang dikumpulkan tersebut bermanfaat. Contoh hasil penelitian, Data SDKI, Sensus dan lain-lain. Dan terakhir adalah kolom Risk and Assumptions (resiko dan asumsi). Ditulis berbagai kemungkinan yang terjadi yang dapat mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu proyek atau program.
Kesimpulannya
Secara umum penggunaan LFA masih terbatas bertujuan untuk penyusunan suatu proyek, padahal LFA dapat dimanfaatkan dalam proses evaluasi. Pemahaman yang lebih terhadap LFA dibutuhkan dalam upaya pemanfaatan LFA secara maksimal dan tidak hanya terpaku pada penyusunan suatu proyek. Pendekatan SMART yang dimiliki LFA merupakan pendukung kegiatan monitoring dan evaluasi serta untuk menemukan indikator keberhasilan dari suatu program.
Sumber : LingkarLSM, Senin, 16 Januari 2023
Posting Komentar
Posting Komentar