Jejak Potensi - Bangun nak bangun begitu teriakan ibuku di kala aku masih tertidur lelap dan datang waktu subuh, adzan berkumandang di langgar (musola dalam bahasa kampung saya)terdekat di rumahku, lantas ku bangunkan tubuhku mengambil air wudhu dan melaksanakan rutinitas setiap hari.
Tak sengaja aku buka buku usang yang telah lama ku beli dan lama tak ku pegang lagi, tak sengaja aku mebuka halaman tertulis jelas di sana tulisan "kita telah melawan nak, nyo, sebaik baiknya sehormat hormatnya" begitulah sepenggal kalimat yang tertera di novel itu.
Lantas ingatan ku langsung mengarah ke suatu kejadian di mana saya dan sahabat saya melihat sebuah film karya hanung Bramantyo, yang di awal filmnya memperlihatkan sebuah adegan kereta dan tulisan Brodjonegoro, lantas saya teringat segerombolan remaja putri berteriak di tengah tengah film tersebut Ikbal Ikbal Ikbal dengan tertawa histeris, di tengah tengah kita melihat film tersebut.
Tetapi tulisan ini bukan hanya soal ikbal dan hanung Bramantyo atau tentang adegan Minke dan analice yang di lihat nayai ontosoro tetapi ini tentang sebuah perlawanan.
Ya kala itu perlawanan sangat nyata, dimana di tanah Nusantara tercinta ini mengikuti hukum negara penjajahan nya dimana hukum negara penjajahan di atas semua hukum yang ada di Nusantara kala itu, tetapi sosok minke berani melawan dan menghegemony masyarakat pribumi melalui media cetak, dan pembelaan ketika di adili, di lembaga peradilan Belanda.
Sampai detik inipun saya masih berfikir, masih ada kah perlawanan yang lahir dari anak muda Bojonegoro, di kala hukum bisa di intervensi tirani, untuk memuluskan langkah sang anak dalam politik .... ?
Kontributor : jh
Posting Komentar
Posting Komentar